(( Memperbaiki Diri Dengan Al-Qur'an dan As-Sunah ))

Fitnah Syahwat

Pembahasan ini berkaitan dengan Fitnah Syubhat...


Adapun jenis fitnah yang kedua adalah: fitnah syahwat.
Pengertiannya adalah segala perbuatan yang dapat mengikis, menggerogoti dan melemahkan iman seseorang yang berasal dari hawa nafsu. Nama lain dari fitnah itu adalah maksiat.
Fitnah ini juga amat berbahaya, lantaran dapat merusak iman seseorang. Karena menurut aqidah dan keyakinan yang telah menjadi kesepakatan ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah seperti yang dituturkan oleh Imam Al-Bukhari, Imam Ahmad dan lain-lainnya, bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah karena melaksanakan ketaatan dan berkurang lantaran melakukan kemaksiatan.
Oleh karenanya, para salaf mengajak kita untuk berhati-hati terhadap hal ini, sebagaimana nasehat mereka yang patut untuk kita renungkan.


اِحْذَرُوْا مِنَ النَّاسِ صِنْفَيْنِ: صَاحِبَ هَوًى قَدْ فَتَنَهُ هَوَاهُ وَصَاحِبَ دُنْيَا أَعْمَتْهُ دُنْيَاهُ. (إغاثة اللهفان، لابن القيم الجوزية، 2/586).


“Waspadalah kalian terhadap dua tipe manusia, pengikut hawa nafsu yang diperbudak oleh hawa nafsunya dan pemburu dunia yang telah dibutakan (hatinya) lantaran dunia (yang telah diraihnya).” (Ighatsatul Lahfan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 2/586).


Orang yang terkena fitnah syahwat cenderung malas untuk beribadah, bahkan dalam kondisi imannya yang kritis ia tidak segan-segan untuk meninggalkan perintah Allah dan melanggar laranganNya. Terkadang ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah, namun karena bisikan dan dorongan hawa nafsunya lebih kuat, maka hal itu menjadikannya merasa ringan untuk mengabaikan perintah Allah, melalaikan kewajiban yang semestinya ia lakukan dan melanggar larangan yang sepatutnya ia jauhi.


Fitnah syahwat ini bermacam-macam bentuk dan jenisnya, di antaranya sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmanNya:


“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini) berupa wanita, anak-anak, harta kekayaan yang berlimpah dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga).” (Ali Imran: 14).


Janganlah kita terpedaya oleh hal-hal tersebut di atas, namun upayakanlah agar keberadaan mereka tidak melalaikan kita dari mengingat Allah bahkan sebagai pendorong untuk lebih meningkatkan prestasi ibadah yang kita lakukan.


Marilah kita raih predikat orang-orang yang telah Allah sebutkan dalam firmanNya:
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari berdzikir kepada Allah, mengerjakan shalat dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (An-Nur: 37).
Orang yang bijak adalah orang yang mampu mengekang dan menundukkan hawa nafsunya dan beramal shalih sebanyak-banyaknya untuk menghadapi hari pertemuan dengan Allah. Ia sadar bahwa hidup di dunia ini adalah sementara, sedangkan kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat kelak. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:


اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ اْلأَمَانِي. (رواه الترمذي).


“Orang yang bijak adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya, mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk menjadi bekal setelah matinya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya lalu berangan-angan agar Allah (mengampuni dosa-dosanya).” (HR.Ahmad At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, Shahih).
Demikianlah uraian tentang bahaya fitnah syubhat dan syahwat. Dan sebelum khutbah ini saya akhiri, ketahuilah bahwa Allah telah memberitahukan kepada kita jalan keluar agar kita bisa terbebas dari kedua fitnah ini.

0 Response to "Fitnah Syahwat"

Post a Comment