Alhamdulillaah, wa
sholaatu wa salaam ‘alaa nabiyyinaa muhammaddin, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa
ummatihi ajma’iin.
[Al-Mujadalah : 11]
“…YARFA’IL LAAHUL
LADZIYNA AAMANUW MINKUM
WAL LADZIYNA UWTUL
‘ILMA DAROJAAT… “
Artinya
: niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu, beberapa
derajat
Ikhwah,
ayat di atas mengingatkan kita akan keutamaan menuntut ilmu syar’i sehingga
dengan itu dapat memacu dan memicu kita untuk membakar semangat dalam belajar.
Ikhwah,
belum cukup rasanya untuk dapat membakar semangat jiwa ini kecuali dengan jalan
merenung/mengintrospeksi diri (sudah sampai mana kesungguhan kita dalam belajar??).
Kita
patut bersyukur telah datangnya hidayah mengenal ajaran Islam yang haq ini (walaupun
tidak bisa dipungkiri banyak dari kita yang belum sepenuh hati dalam
menapakinya).
“Renungkan !!!”
Alhamdulillah
kita telah Allah mudahkan memahami makna LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan baik,
yaitu LAA MA’BUWDA HAQQUN ILLALLAAH (tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) dimana
masih banyak saudara-saudara kita di luar sana yang memaknai LAA ILAAHA ILLALLAAH
dengan makna “tidak ada tuhan selain Allah”.
Alhamdulillah
kita telah memahami hakekat kesyirikan beserta perinciannya, yaitu bahwa kesyirikan adalah dosa yang tidak
terampuni dimana saudara-saudara kita di luar sana lebih merespon / mencaci /
mengevaluasi tindak licik para koruptor
daripada merespon kalangan remaja yang sedang asyiknya bermain zodiak, bermain
sulap, bahkan acara sembelihan kepada Dewi Sri supaya panen melimpah sekalipun.
Ikhwah…
Dikabarkan
bahwa ada ±2000 pelajar asal Indonesia sedang menempuh studi di Qum, Iran (sebagai daerat
pusat perkembangan agama Syi’ah dan kita tahu bahwa diantara keyakinan mereka
adalah mengkafirkan banyak sahabat nabi, termasuk Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar
bin Khothob –radhiyallahu ‘anhuma-). Coba bayangkan, 5 sampai 10 tahun kedepan,
ketika mereka telah lulus dan kembali ke tanah air (mungkin ada yang bergelar
Master, Doktor bahkan Profesor). Lalu, mereka menyebarkan
doktrin/ajaran/kebudayaan Syi’ah (baik yang mereka sadari/tidak) kepada
bapak-ibu mereka, kakak-adik mereka, tetangga mereka, serta teman-teman mereka.
Apakah kita rela anggota keluarga dan teman-teman kita menjadi ikut-ikutan
mengkafirkan sahabat nabi??? sedangkan itu baru satu diantara banyaknya
penyimpangan keyakinan Syi’ah.
Oleh
karena itu, ikhwah, kita sebagai kaum muslimin yang mu’min, seharusnya kita bersiap-siap
sejak saat ini juga dalam menghadapi upaya mereka menyebarluaskan ajaran Syi’ah.
Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan membakar semangat belajar kita
sehingga minimal kita dapat melindungi diri sendiri dan kemudian dapat
melindungi orang lain.
Ikhwah,
siapa lagi kalo bukan kita??
Setelah
kita mengetahui keutamaan menuntut ilmu dan merenungkan adanya musuh besar yang
siap memangsa kalangan awam dari muslimin, maka selanjutnya kita perlu
mengetahui empat cara bagaimana supaya bersemangat dalam belajar, yaitu :
- Niat
Ikhlash
- Mencintai
apa yang dicintai idola
- Muroja’ah
- Do’a
Pertama
adalah Niat Ikhlash. MAA KAANA LILLAAHI ABQAA (Artinya : Apa-apa yang dikerjakan karena Allah, niscaya ia kekal).
Niatkanlah kita belajar bukan supaya dipandang ‘aalim oleh orang lain, tetapi
niatkanlah supaya menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dan kemudian dapat
mengajarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, in syaa Allah “semangat belajar kita kekal membara”.
Kedua
adalah mencintai apa yang dicintai oleh idola kita. Pertanyaannya adalah “Siapa
idola kita?” Tentu sebaik-baik idola adalah orang yang berilmu (ulama). Disebutkan
dalam kitab “Kayfa Tatahammasu…” :
QOOLA
AL-KHOTHIYB AL-BAGHDAADIY : QIYLA
LIBA’DHIHIM : AMMAA TASTAUHISYU ?! FA
QOOLA : WA HAL YASTAUHISYU MAN MA’AHU AL-UNSU /AL-UNASU KULLUHU ?! QIYLA : WA MAL UNSU/UNASU KULLUHU ?! QOOLA : AL-KUTUBU FA QOOLA : FA HIYA
AKROMU MAALIN WA AAMANU JALIYSIN
Al-Khotib Al-Baghdadi
berkata : Dikatakan kepada sebagian ulama : Adakah yang membuat kalian
kesepian? Maka salah seorang di antara mereka berkata : Apakah dapat kesepian,
sedangkan orang tersebut bersamanya ada “semangat/kesenangan”? Dikatakan : apa “semangat/kesenangan”
tersebut? Dia berkata : “buku-buku”. Lalu penulis menambahkan bahwa “buku-buku”
adalah harta yang paling berharga dan teman duduk yang paling aman.
Ketiga adalah
Muroja’ah, yaitu mengulang-ulang dalam mengkaji ilmu. Ingatkah kita dengan
cerita bapak/ibu guru kita ketika di SMP atau di SMA dahulu tentang kisah
Thomas Alfa Edison (yang katanya sebagai Penemu Bohlam Lampu pertama itu)??
Tentunya kita ingat, ketika itu diceritakan bahwa Thomas Alfa Edison melakukan
ratusan bahkan mencapai 1000 kali percobaan sampai akhirnya berhasil.
Ikhwah,
kita tidak sedang bicara agama/keyakinan Thomas Alfa Edison, tetapi kita lihat
dari sisi “semangat yang membakar” untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Bila
orang “kaafir” saja bisa, mengapa kita tidak??.
Penulis
“Kayfa Tatahammasu…” menegaskan bahwa :
MUROOJA’ATUHAA BIS TIMROORIN HATTAA TATSBUTA FIIDZ-DZAHN, WA TASTAQIRRO FIL QOLBI
(Artinya : mengulang pelajaran itu dengan
terus-menerus sampai menetap di akal dan terpatri di dalam hati).
Keempat adalah
do’a.
Ikhwah,
berdo’alah karena Allah akan kabulkan do’a orang yang berdo’a kepada-Nya.
Sebagaimana dalam firman Allah (surat Al-Baqoroh
ayat 186):
UJIIBU
DA’WATAD DAA’I IDZA DA’AAN
(Artinya : Aku kabulkan permohonan orang yang
berdo’a dan apabila dia berdo’a kepada-Ku)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Ikhwah…
Marilah sebagai bentuk syukur kita kepada Allah karena dengan hidayah yang
Allah turunkan kepada kita berupa pengenalan terhadap ajaran Islam yang haq
yang murni berdasarkan pemahaman para sahabat nabi –radhiallaahu ‘anhum-, maka
sudah sepatutnya kita gunakan nikmat yang agung ini dengan cara menekuni,
semangat membara dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam.
Semoga
dengan tulisan ringkas ini tidak sekedar sebagai torehan tinta hitam di atas
lembaran putih. Akan tetapi, harapan kami, tulisan ini dapat benar-benar
membakar semangat kita dalam belajar ilmu syar’i.
Subhaanaka llaahu wa bi
hamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuwbu ilaih.
Referensi : Kitab
“Kayfa Tatahammasu li Tholabil ‘Ilmi Syar’i” karya Syaikh Muhammad bin Sholeh bin Ishaq Ash-Shiy’riy.
Oleh. Muhammad Iqbal (santri Ma'had Al-Ilmi 14/15).
Moja'ah. Ust. Abu Umair, BA, S. Pd. I
0 Response to "SEMANGAT DALAM MENUNTUT ILMU SYAR’I"
Post a Comment