إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرورِ أنفسنا
ومن سيِّئات أعمالنا من يهده الله فلا مُضلَّ له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شرِيك له وأن محمدا عبده ورسوله, أما بعد:
Kaum muslimin
yang semoga dirahmati oleh Allah.
Kekuatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam untuk dimiliki
oleh sesorang, suatu kelompok, suatu masyarakat atau suatu Negara. Dengan
memiliki kekuatan, suatu masyarakat akan bisa hidup dengan aman dan sejahtera.
Mereka bisa menghalangi diri dari kejelekan yang ingin dihadirkan oleh para
musuhnya.
Oleh karena itulah, kita harus menyadari betul arti penting sebuah
kekuatan. Kekuatan akan muncul dengan adanya persatuan, begitu pula persatuan
akan pula melahirkan keamanan dan serta ketentraman. Hal ini pula yang sangat
Allah tekankan melalui ayatNya.
Allah berfirman dalam surat
Al-Anfal ayat 46:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ
مَعَ الصَّابِرِين
“
Dan taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada rasulNya dan janganlah
kalian saling berselisih, karena akan menyebabkan kalian akan menjadi lemah dan
hilang kekuatan, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.”
Salah satu
diantara sebab munculnya sebuah kekuatan adalah dengan persatuan. Persatuan
akan terwujud apabila suatu kelompok masyarakat itu bersikap satu terhadap
pemimpin mereka, yaitu sikap taat.
Pemimpin
adalah sosok yang sangat penting dalam tatanan kehidupan masyarakat. Hal itu
disebabkan karena sifat dasar manusia yang senantiasa ingin menang sendiri,
ingin bebas melakukan apa yang menjadi kehendaknya, ingin selalu menjadi yang
terdepan, dan sifat-sifat dasar manusia lainnya yang umumnya cenderung merugikan
orang lain. Oleh karena itulah, di antara manusia harus ada salah seorang dari
mereka yang berdiri untuk merangkul kepentingan kepentingan banyak pihak,
mengurus segala kepentingan mereka, dan menerima aspirasi semua pihak, sehingga
keteraturan hidup di suatu masyarakat akan berjalan baik.
Menurt para fuqaha kaum muslimin, al
hakim (penguasa/pemimpin) adalah, orang yang (dengannya terjaga)
stabilitas sosial di suatu negeri, baik ia mendapatkan kekuasaan dengan cara
yang disyariatkan atau tidak, baik kekuasaan hukumnya menyeluruh semua negara
kaum muslimin, atau terbatas pada satu negeri saja.
Dari ayat yang tadi telah
kami sebutkan, bisa kita simpulkan bahwasanya berpecah-belah suatu masyarakat
akan menimbulkan kelemahan. Demikian pula adanya seorang pemimpin akan tapi
bila tidak ditaati bahkan diselisihi maka akan menyebabkan perpecahan yang
akhirnya menimbulkan kelemahan. Oleh karena itulah Allah mewajibkan kepada kita
semua, kepada orang-orang yang beriman agar taat kepada pemimpin. Disebabkan
banyaknya hikmah yang terkandung di dalamnya, dan salah satunya adalah agar
timbulnya kekuatan pada diri orang-orang yang beriman.
Wajibnya taat kepada pemimpin
terdapat dalam banyak dalil dari al-qur’an dan hadist, bahkan hal tersebut merupakan
ijma kaum muslimin. Berikut ini adalah beberapa dalil akan wajibnya taat kepada
pemimpin.
Allah berfirman dalam surat
An-Nisaa: 59
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوااللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِيالْأَمْرِ مِنْكُمْ
“
Hai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian
kepada rasul dan ulil amri kalian.”
Dari ayat tersebut sangatlah mudah untuk ditarik kesimpulan akan
wajibnya taat kepada pemimpin atau penguasa. Selain dari ayat al-qur’an,
rasulullah juga telah mennjelaskan hal tersebut kepada kita semua dalam sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh al Imam Bukhori rahimahullah. Beliau bersabda,
اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ
حَبَشِىٌّ
“Dengar
dan taatlah kalian kepada pemimpin kalian, walaupun dia seorang budak ethiopia.”
Dalam hadist yang senada pula rasulullah memerintahkan kepada kita
untuk senantiasa taat kepada pemimpin kita, bahkan beliau memerintahkannya di
saat-saat atau beberapa hari menjelang wafatnya beliau. Hadist hasan yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi, dari sahabat Abu Najih,
Al-Irbadh bin Sariyah. Dimana beliau menceritakan suasana yang sangat haru saat
itu. Hal tersebut mengindikasikan akan pentingnya ketaatan kepada pemimpin.
وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم
مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ،
فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا،
قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu
nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya
,”Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan
berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat” Rasulullah
bersabda, “Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap
bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan
ta’at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya
barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya akan menyaksikan banyak
perselisihan. Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah
Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi
geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru (dalam perkara agama) karena
sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.”
Dari hadist tersebut, rasulullah mewasiatkan kepada kita hal
yang sangat penting. Wasiat taqwa kepada Allah dan juga wasiat agar taat kepada
pemimpin. Sebagaimana yang telah beliau sebutkan bahwa sepeninggal beliau, akan
terjadi banyak perpecahan. Maka solusi dari perpecahan tersebut adalah dengan
berpegang teguh dengan sunnah beliau. Dan salah satu sunnah beliau yang sangat
pernting yang kita harus ikuti adalah kewajiban taat kepada pemimpin.
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Para
fuqaha bersepakat atas wajibnya taat kepada imam yang mutaghallib (berkuasa
melalui perang , kudeta, atau cara represif lainnya, Pent)
Dari beberapa dalil dan perkataan ulama yang telah kita sebutkan
tadi, maka kita semua sepakat akan wajibnya taat kepada pemimpin. Hal tersebut
merupakan salah satu solusi dari banyaknya perpecahan yang kita rasakan saat
ini.
Namun ada sedikit catatan mengenai perkara ketaatan kepada
pemimpin. Yaitu hendaknya ketaatan kepada pemimpin dilakukan apabila bukan
dalam perkara maksiat. Oleh karenanya, apabila pemimpin kita memerintakan
kepada kemaksitan hendanya jangan ditaati. Rasulullah bersabda:
عَلَى
الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكرَهَ إِلا أَنْ
يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَّةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَّةٍ فَلا سَمْعَ وَلا طَاعَةَ
“
Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin –ed.-) baik
dalam perkara yang ia sukai atau dia benci, kecuali dalam kemaksiatan. Apabila
dia diperintah untuk maksiat, tidak boleh mendengar dan taat.” (Hadist riwayat Imam
Bukhari dan Imam Muslim)
Namun yang perlu di sini bahwasanya tidak taat bukan berarti
memberontak. Hal ini yang seringkali terjadi salah paham pada sebagian kaum
muslimin sendiri. Diakibatkan karena melihat banyak kemaksiatan pada diri
pemimpinnya serta beberapa aturan yang memerintahkan untuk bermaksiat, bukan
sekedar tidak taat justru sebagian kaum muslimin bahkan ingin justru mengambil
alih kekuasan. Tentu hal ini sangat terang menyelisi sunnah beliau. Pada hadist
lain beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ
، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ ، إِلاَّ مَاتَ مِيتَةً
جَاهِلِيَّةً
“Barang
siapa yang melihat pada pemimpinnya suatu perkara ( yang dia benci ), maka
hendaknya dia bersabar, karena sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri
dari jama’ah satu jengkal saja kemudian dia mati,maka dia mati dalam keadaan
jahiliyyah.” (HR.
Bukhari)
Beliau juga bersabda,
من خلع يدا من طاعة لقي الله يوم القيامة لا حجة له
“Barang
siapa yang melepaskan tangannya bai’atnya (memberontak) hingga tidak taat (
kepada pemimpin ) dia akan mememui Allah dalam keadaan tidak berhujjah
apa-apa.” (HR. Muslim)
Dari dalil-dalil di atas, bisa kita pahami akan haramnya
memberontak kepada pemimpin yang sah. Walaupun pemimpin kita adalah orang yang
dzalim kita dilarang untuk memberontak. Apalagi dikarenakan hal tersebut
merupakan salah satu diantara dosa yang sangat besar.
Sebagai orang beriman, tentu kita masing-masing meyakini bahwa
akan ada banyak faidah yang terkandung dari syariat islam yang mulia ini.
Begitu pula syariat mengharamkan memberontak kepada pemerintah, tentu sangat banyak
faidah di baliknya. Merupakn suatu fakta yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa
jatuhnya seorang pemimpin justru akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
Sebagai mana yang terjadi di timur tengah, Iraq, Libya, Yaman dan lainnya.
Bahkan di negeri ini pun pernah merasakan dampak buruk akibat jutuhnya seorang
pemimpin. Dimana terjadi kekacauan politik, ekonomi, social. Yang mana hal
tersebut justru lebih besar kerusakannya disbanding kezaliman penguasa.
Imam Al-Qadhi Ibnu Abil Izz ad-Dimasqy rahimahullah berkata
: Hukum mentaati ulil Amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan)
meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka
akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman
penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur
dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah ’azza
wajalla tidak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan
disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu tergantung amal
perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampun, bertaubat dan
memperbaiki amal perbuatan.
Demikianlah perkataan Imam Ibnu Abil Izz, yang mana perkataan
beliau merupakan kesimpulan dari pembahasan kita pada kesempatan kali ini. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan. Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita
semuanya.
Kita memohon ampunan kepada Allah Ta’ala untuk
seluruh kaum muslimin dan menjadikan kita semuanya selalu bertakwa kepada-Nya
dan taat kepada pemimpin. Kita juga memohon kepada Allah Ta’ala agar
menjadikan para pemimin kaum muslimin senantiasa berada dalam ketakwaan dan
diberi kekuatan untuk memimpin negara dengan adil.
Allahu ‘alam bis shawab.
Oleh. Faisal (santri Ma'had Al-Ilmi 14/15).
Moja'ah. Ust. Abu Umair, BA, S. Pd. I
0 Response to "KEKUATAN ADA PADA KETAATAN KEPADA PEMIMPIN"
Post a Comment