HADITS-HADITS
YANG DIJADIKAN DALIL DALAM PEMBAHASAN HUKUM MEMBACA AL-FATIHAH BAGI MAKMUM
DALAM SHALAT
1.
Hadits ‘Ubadah ra. tentang Bacaan Al-Fatihah dalam
Shalat
1.1 Lafal dan arti
عَنْ
عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. رَوَاهُ الْجَمَاعَةُ وَاللَّفْظُ لِلبُخَارِيِّ
Dari ‘Ubadah
bin Shamit bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ”Tidak ada shalat bagi orang yang tidak
membaca Fatihatul Kitab.” Al-Jamaah[1] meriwayatkannya dan lafal
ini milik Al-Bukhari.
1.2 Maksud hadits
Hadits ‘Ubadah ini menyatakan bahwa tidak ada shalat kecuali dengan
membaca Al-Fatihah.
2.
Hadits ‘Ubadah ra. tentang Bacaan Al-Fatihah bagi Makmum dalam Shalat
2.1 Lafal dan arti
عَنْ
عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كُنَّا خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ r فِي صَلاَةِ الْفَجْرِ
فَقَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ r فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ
الْقِرَاءَةُ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُوْنَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ
قُلْنَا نَعَمْ هَذًّا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ لاَتَفْعَلُوْا إِلاَّ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا[2]. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ.
Dari ‘Ubadah
bin Shamit, dia berkata: Adalah kami shalat fajar (Shubuh) di belakang
Rasulullah saw. Maka Rasulullah
saw. membaca, lalu
bacaan itu berat bagi beliau. Maka tatkala selesai, beliau bersabda,
“Barangkali kalian membaca di belakang imam kalian.” Kami berkata, “Ya, kami
membaca dengan cepat wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Jangan kalian lakukan
(hal itu) kecuali dengan Fatihatul Kitab karena sesungguhnya tidak ada shalat
bagi orang yang tidak membacanya.” Abu Dawud meriwayatkannya
dengan sanad yang hasan.[3]
Hadits ‘Ubadah ini dikeluarkan juga oleh Ahmad[4],
At-Tirmidzi[5],
Ad-Daraquthni[6], Al-Baihaqi[7],
Ibnu Khuzaimah[8],
Ibnu Hibban[9],
Al-Hakim[10],
Ibnu Abi Syaibah[11],
dan Al-Bukhari dalam Juz’ul Qira`ah[12].
2.2
Maksud hadits
Hadits ‘Ubadah
tersebut menjelaskan bahwa:
1. Pada shalat
Shubuh Rasulullah saw. mengeraskan bacaan.
2. Para makmum membaca dengan keras di belakang Rasulullah saw.
3.
Rasulullah saw. terganggu bacaannya karena suara bacaan makmum.
4.
Rasulullah saw. melarang para makmum membaca selain surat Al-Fatihah sewaktu imam membaca
dengan keras.
5. Tidak ada
shalat kecuali dengan membaca Al-Fatihah.
3.
Hadits Abu Hurairah ra. tentang Shalat
tidak Sempurna kecuali dengan Membaca Al-Fatihah
3.1 Lafal dan arti
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ
يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلاَثًا
غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ
ِلأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ اْلإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي
نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ r يَقُولُ قَالَ اللهُ تَعَالَى قَسَمْتُ
الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا
قَالَ الْعَبْدُ
(الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) قَالَ اللهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي
وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) قَالَ اللهُ تَعَالَى أَثْنَى
عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) قَالَ مَجَّدَنِي
عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ
(إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ
الضَّالِّينَ) قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu
Hurairah, dari Nabi saw., beliau bersabda, “Barang siapa melakukan shalat tanpa membaca Ummul
Qur’an maka dia itu kurang, (beliau bersabda) tiga kali, yaitu tidak sempurna.”
Maka dikatakan pada Abu Hurairah, “Sesungguhnya kami kadang-kadang berada di
belakang imam.” Lalu Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah pada dirimu! Karena
sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Allah Ta’ala
berfirman, “Aku membagi shalat antara Aku dengan hamba-Ku dua bagian, dan bagi
hamba-Ku apa-apa yang dia minta.” Apabila hamba itu mengucapkan, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (Segala
puji bagi Allah Pemelihara seluruh alam).” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku
telah memuji-Ku.” Dan apabila dia mengucapkan, “Arrahmanirrahim (Yang Maha Pengasih Maha Penyayang).” Allah Ta’ala
berfirman, “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.” Dan apabila dia mengucapkan, “Maliki yaumiddin (Yang merajai di hari
pembalasan).” Dia berfirman, “Hamba-Ku telah mengagungkan Aku.” Dan beliau
bersabda pada suatu kali, “Hamba-Ku telah menyerahkan (urusan) kepada-Ku.” Maka
apabila dia mengucapkan, “Iyyaka na’budu
waiyyaka nasta`in (Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami
mohon (pertolongan).” Dia berfirman, “Ini antara Aku dan hamba-Ku, sedangkan
bagi hamba-Ku apa-apa yang dia minta.” Lalu apabila dia mengucapkan, “Ihdinash shirathal mustaqim. Shirathal
ladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdlubi ‘alaihim waladl dlaalin (Tunjukilah
kami kepada jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat
kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan (bukan pula) jalan
orang-orang yang sesat).” Dia berfirman, “Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku
apa-apa yang dia minta.” Muslim[13]
meriwayatkannya.
Hadits Abu
Hurairah ini dikeluarkan juga oleh Ahmad,[14]
Abu Dawud,[15]
Ibnu Majah,[16]
Ibnu Khuzaimah,[17]
Ibnu Hibban,[18]
Al-Baihaqi[19]
dan ‘Abdurrazzaq.[20]
3.2 Maksud hadits
Hadits Abu
Hurairah tersebut menjelaskan:
1.
Rasulullah saw. bersabda bahwa shalat tanpa membaca
Al-Fatihah itu kurang atau tidak sempurna.
2.
Menurut Abu
Hurairah makmum wajib membaca Al-Fatihah dengan lirih.
3.
Allah
membagi shalat menjadi dua bagian. Separuh untuk Allah sedangkan separuh
lainnya untuk hamba-Nya.
4.
Hadits Abu Hurairah ra. tentang Makmum Diperintahkan Diam apabila Imam Membaca
4.1
Lafal dan arti
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r (إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا
وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا. رَوَاهُ ابْنُ أَبِي
شَيْبَةَ وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ.
Dari Abu
Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya tidak lain
diadakannya imam itu supaya dia diikuti. Maka apabila dia bertakbir, maka
kalian bertakbirlah. Dan apabila dia membaca, maka kalian diamlah.” Ibnu Abi
Syaibah[21] meriwayatkannya dan sanadnya hasan.[22]
Hadits ini
dikeluarkan juga oleh Ahmad[23], Abu
Dawud[24],
An-Nasa’i[25],
Ibnu Majah[26],
Ad-Daraquthni[27],
dan Al-Baihaqi[28].
4.2 Maksud hadits
Hadits Abu
Hurairah tersebut menjelaskan bahwa:
1. Makmum diperintahkan bertakbir apabila imam bertakbir.
2.
Makmum diperintahkan diam
apabila imam membaca.
5.
Hadits Abu Hurairah ra. tentang Makmum Mengeraskan Bacaan
ketika Imam Mengeraskan Bacaan
5.1 Lafal dan arti
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r اِنْصَرَفَ مِنْ صَلاَةٍ جَهَرَ فِيْهَا بِالْقِرَاءَةِ
فَقَالَ: هَلْ قَرَأَ مَعِيْ أَحَدٌ مِنْكُمْ آنِفًا؟ فَقَالَ رَجُلٌ: نَعَمْ يَا
رَسُوْلَ اللهِ! قَالَ: إِنِّيْ أَقُوْلُ مَالِيْ أُنَازَعُ الْقُرْآنَ؟ قَالَ:
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنِ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ r فِيْمَا جَهَرَ
فِيْهِ النَّبِيُّ r بِالْقِرَاءَةِ مِنَ الصَّلَوَاتِ حِيْنَ
سَمِعُوْا ذَلِكَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ [29]r. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. selesai dari shalat yang beliau mengeraskan bacaan
padanya. Lalu beliau bersabda, “Apakah seseorang dari kalian membaca
bersamaku tadi?” Maka seorang lelaki berkata, “Ya, wahai Rasulullah!” Beliau
bersabda, ”Sesungguhnya aku berkata: Mengapa aku diganggu pada (bacaan)
Al-Qur’an?” Dia (Az-Zuhri)[30] berkata,
“Maka orang-orang itu berhenti membaca bersama Rasulullah saw. pada shalat-shalat yang Nabi saw. mengeraskan
bacaan padanya ketika
mereka mendengar demikian dari Rasulullah saw.”.
Abu Dawud meriwayatkannya dan
sanadnya hasan.[31]
Hadits ini dikeluarkan juga oleh Ahmad[32],
At-Tirmidzi[33],
An-Nasa’i[34],
Ad-Daraquthni[35],
Al-Baihaqi[36],
Ibnu Hibban[37],
Malik[38] dan
‘Abdurrazzaq.[39]
5.2 Maksud hadits
Hadits Abu
Hurairah tersebut menyatakan:
1. Ketika selesai melakukan shalat yang bacaannya dikeraskan,
Rasulullah saw. bertanya kepada para makmum
apakah ada di antara mereka yang membaca dengan suara keras di belakang imam.
Lalu ada seorang lelaki yang mengaku membaca pada waktu shalat dengan suara
keras.
2.
Rasulullah saw. mencela
makmum yang membaca Al-Qur’an dengan keras pada shalat tersebut.
6.
Hadits 'Imran bin Hushain ra. tentang Makmum Membaca Al-Qur’an dengan Keras
ketika Imam tidak Mengeraskan Bacaan
6.1 Lafal dan arti
عَنْ
عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ r صَلاَةَ الظُّهْرِ أَوِ الْعَصْرِ
فَقَالَ أَيُّكُمْ قَرَأَ خَلْفِي بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى فَقَالَ
رَجُلٌ أَنَا وَلَمْ أُرِدْ بِهَا إِلاَّ الْخَيْرَ قَالَ قَدْ عَلِمْتُ
أَنَّ بَعْضَكُمْ خَالَجَنِيهَا[40]. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari 'Imran bin Hushain dia berkata, ”Rasulullah saw. Melakukan shalat Dhuhur atau ‘Ashar bersama kami, lalu
bersabda, “Siapa di antara kalian yang telah membaca Sabbihismarabbikal a’la?” Maka seorang lelaki mengatakan, “Saya!
Dan saya tidak bermaksud dengannya selain kebaikan.” Beliau bersabda, ”Sungguh
aku mengetahui bahwa sebagian kalian menggangguku dengan bacaan itu.” Muslim
meriwayatkannya.
6.2 Maksud hadits
Hadits
‘Imran bin Hushain tersebut menyatakan bahwa:
1. Ketika selesai
shalat Dhuhur atau Ashar, Rasulullah saw. bertanya siapakah yang membaca
surat Al-A'la pada shalat tersebut.
2. Rasulullah saw. menyatakan bahwa makmum yang membaca surat tersebut mengganggu bacaan
beliau.
7.
Hadits Jabir bin 'Abdillah ra. tentang Bacaan Imam Merupakan Bacaan bagi Makmum
7.1 Lafal dan arti
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ r: مَنْ كَانَ
لَهُ إِمَامٌ فَقِرَاءَةُ الإِمَامِ لَهُ قِرَاءَةٌ[43] رَوَاهُ
ابْنُ مَاجَهْ بِإِسْنَادٍ ضَعِيْفٍ.
7.2 Maksud hadits
Hadits
Jabir tersebut menjelaskan bahwa dalam shalat berjamaah, bacaan imam merupakan
bacaan bagi makmumnya.
Demikianlah hadits-hadits yang
dijadikan dalil-dalil dalam pembahasan hukum membaca Al-Fatihah bagi makmum
dalam shalat.
Al-Bukhari, Ash-Shahih, jld. 1, juz. 1, hlm. 192, K-10 Al-Adzan, B-95 Wujubul
qiraah lil imam wal makmum, no. 756.
Muslim, Ash-Shahih, jld. 1, juz. 2, hlm. 8-9, K-5
Ash-Shalah, B-11 Wujub qira’atil Fatihah, no. 34.
Abu Dawud, As-Sunan, jld. 1, juz. 1, hlm. 189,
K-2 Ash-Shalah, B-136 Man tarakal qira’ah fi shalatih, no. 822.
At-Tirmidzi, Al-Jami’ush Shahih, jld. 2, hlm.
25, K-2 Mawaqitush shalah, B-183 La shalata illa bifatihatil kitab, no. 247.
An-Nasa’i, As-Sunan, jld. 1, juz. 2, hlm. 137,
K-11 Al-Iftitah, B-24 Ijab qira’ah Fatihatil Kitab.
Ibnu Majah, As-Sunan, jld. 1, hlm. 273,
K-5 Iqamatish Shalah, B-11 Ijab qira’ah Fatihatil Kitab, no. 837.
Ad-Darimi, As-Sunan, jld. 1,
hlm. 283, K-2 Ash-Shalah, B-36 La shalata illa bifatihatil kitab.
Ad-Daraquthni, As-Sunan, jld. 1, juz. 1, hlm.
321-322, K-Ash-Shalah, B-Wujub qira’ah ummil kitab fish shalah wa khalfal imam,
no. 17.
Al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, jld. 2, hlm. 38,
K-Ash-Shalah, B-Ta'yinul qira’ah.
Ibnu Khuzaimah, Ash-Shahih, jld. 1, hlm. 246,
K-Ash-Shalah, B-93 Ijabul qira’ah, no. 488.
Ibnu Hibban, Ash-Shahih-Naskah menurut susunan Ibnu
Balban, jld. 3, juz. 3, hlm. 136, K-Ash-Shalah, B-Dzikrul bayan bi anna qaulahu
jalla wa 'ala faqra'u…, no. 1779.
'Abdurrazzaq, Al-Mushannaf, jld. 2, K-Ash-Shalah, B-Qira’ah Ummil
Qur’an, hlm. 93, no. 2623.
[2] Abu Dawud, As-Sunan, jld. 1, juz. 1, hlm. 189, K-2 Ash-Shalah, B-136 Man tarakal qira’ah fi shalatihi, no. 823.
[5] At-Tirmidzi, Al-Jami’ush Shahih, jld. 2, hlm.
116-117, K-2 Mawaqitush shalah, B-232 Ma ja’a
fil qira’ah khalfal imam fima yajharu fihi…, no.
311.
[6] Ad-Daraquthni, As-Sunan, jld. 1, juz. 1, hlm.318, K-Ash-Shalah, B-Wujub qira’ah Ummil Kitab fish shalah
wa khalfal imam, no. 5.
[7] Al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, jld. 2, hlm. 164,
K-Ash-Shalah, B-Man qala yaqra’u
khalafal imam fima yajharu fihi….
[8] Ibnu Khuzaimah, Ash-Shahih,
jld. 3, hlm. 36-37, K-Ash-Shalah, B-88 Al-Qira’ah khalfal imam…, no. 1581.
[9] Ibnu
Hibban, Ash-Shahih-Naskah menurut susunan Ibnu Balban, jld.
3, juz. 3, hlm. 141, K-Ash-Shalah, B-Dzikrul khabar al-mud-hidl bi annal
qaula man za'ama..., no. 1789.
[10] Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, jld. 1,
hlm. 238, K-Ash-Shalah, B-Ummul Qur’an ‘iwadl min ghairiha.
[11] Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, jld. 1, hlm. 328, K-2
Al-Adzan wal iqamah, B-147 Man rakhkhasa fil qira’ah khalfal imam, no. 3756.
[13] Muslim, Ash-Shahih, jld. 1, juz. 2, hlm. 9, K-5 Ash-Shalah, B-11 Wujub
qira’atil Fatihah, no. 38.
[14] Ahmad, Al-Musnad, jld. 3, hlm. 3.
[15] Abu Dawud, As-Sunan, jld. 1, juz.
1, hlm. 188, K-2 Ash-Shalah, B-136 Man tarakal
qira’ah fi shalatihi, no. 821.
[16] Ibnu Majah, As-Sunan, jld. 1, hlm. 273-274, K-5 Iqamatish
Shalah, B-11 Ijab qira’ah Fatihatil Kitab, no. 838.
[18] Ibnu Hibban, Ash-Shahih-Naskah
menurut susunan Ibnu Balban, jld. 3, juz. 3, hlm. 136-137, K-Ash-Shalah,
B-Dzikru washfil munajatil lati yakunul mar'u fi shalatihi biha…, no. 1781.
[20] ‘Abdurrazzaq, Al-Mushannaf, jld. 2, hlm. 128, K-Ash-Shalah,
B-Qira’ah Ummil Qur’an, no. 2767.
[21] Ibnu Abi Syaibah, Al-Mushannaf,
jld. 1, hlm.331, K-2 Al-Adzan wal iqamah, B-148 Man
karihal qira’ah khalfal imam, no.
3799.
[22] Lihat lampiran hlm. 36, no. 1.4.
[24] Abu Dawud, As-Sunan, jld.1,
juz. 1, hlm. 145, K-2 Ash-Shalah, B-69 Al-Imam yushalli min qu’ud, no. 604.
[25] An-Nasa’i, As-Sunan, jld. 1,
juz. 2, hlm. 141-142, K-11 Ash-Shalah, B-30 Ta’wil qaulihi ‘Azza wa Jalla
waidza quri'al qur'anu fastami'u lahu wa anshitu.
[26] Ibnu Majah, As-Sunan, jld. 1,
hlm. 276, K-5 Iqamatush shalah was sunnah fiha, B-13 Idza qara’al imam fa’anshitu,
no. 846.
[27] Ad-Daraquthni, As-Sunan, jld.
1, juz. 1, hlm. 327, K-Ash-Shalah, B-Dzikru qaulihi saw. man kana lahu imam
faqira’atul imam lahu qira’ah, no. 10.
[28] Al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, jld. 2, hlm. 156, K-Ash-Shalah,
B-Man qala yatrukul ma’mum al-qira’ah fima
jahara fihi….
[29] Abu Dawud, As-Sunan, jld. 1, juz. 1, hlm.190, K-2 Ash-Shalah,
B-137 Man karihal qira’ah bifatihatil kitab idza jaharal imam, no. 826.
[30] Ulama menyatakan ini sebagai idraj (sisipan) khabar dari Az-Zuhri.
Lihat lampiran no. 1.5.
[31] Lihat lampiran hlm. 37, no. 1.5.
[33] At-Tirmidzi, Al-Jami’ush Shahih,
jld. 2, hlm. 118-119, K-2 Mawaqitush shalah, B-233 Ma ja’a fi tarkil qira’ah
khalfalfal imam idza jaharal imam, no. 312.
[34] An-Nasa’i, As-Sunan, jld. 1,
juz. 2, hlm. 141, K-11 Ash-Shalah, B-28 Tarkul qira’ah khalfal imam fima jahar
bih.
[35] Ad-Daraquthni, As-Sunan, jld.
1, juz. 1, hlm. 333, K-Ash-Shalah, B-Dzikru qaulihi saw. man kana lahu imam
faqira’atul imam lahu qira’ah, no. 32.
[36] Al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, jld. 2, hlm. 157, K-Ash-Shalah, B-Man qala yatrukul ma’mum al-qira’ah fima jahara fih….
[37] Ibnu Hibban, Ash-Shahih-Naskah
menurut susunan Ibnu Balban, jld. 3, juz. 3, hlm. 162, K-Ash-Shalah,
B-Dzikru karahiyah raf’ish shaut lil ma’mum bil qira’ah lialla yunazi’al imam…,
no. 1846.
[38] Malik, Al-Muwaththa’, hlm. 47,
K-Ash-Shalah, B-Al-Qira'ah khalfal imam fima la yajharu fihil qira'ah, no. 190.
[39] ‘Abdurrazzaq, Al-Mushannaf,
jld. 2, hlm. 135, K-Ash-Shalah, B-Al-Qira’ah khalfal imam, no. 2795.
[40] Muslim, Al-Jami’ush Shahih, jld. 1, juz. 2, hlm.
11, K-5 Ash-Shalah,
B-12 Nahyul ma’mum ‘an jahrihi bil qira’ah khalfa imamih, no. 46.
[42] Abu Dawud, As-Sunan, jld. 1, juz. 1, hlm. 191, K-2 Ash-Shalah,
B-138 Man
ra’al qira’ah idza lam yajhar, no. 828.
[43] Ibnu Majah, As-Sunan, jld.1, hlm. 277, K-5 Iqamatush
shalah was sunnah fiha, B-13 Idza qara’al imam fa’anshitu, no. 850.
[44] Lihat
lampiran, hlm. 37, n0. 1.7.
[45] Ad-Daraquthni, As-Sunan, jld.
1, juz. 1, hlm. 331, K-Ash-Shalah, B-Dzikru qaulihi saw. man kana lahu imam
faqira’atul imam lahu qira’ah, no. 20.
[46] Ibnu ‘Adi, Al-Kamil fi Dlu’afa-ir Rijal, jld. 2, hlm. 119.
[47] Abu Nu’aim, Hilyatul Auliya’, jld. 7, hlm. 334.
0 Response to "HUKUM MEMBACA AL-FATIHAH"
Post a Comment