(( Memperbaiki Diri Dengan Al-Qur'an dan As-Sunah ))

TAUHID DAN BEGAL

Saudara-saudaraku yang semoga dirahmati oleh Allah, Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang beriman. Dialah Allah yang telah memberikan kepada kita banyak sekali kenikmatan sehingga tidak dapat kita hitung.

 تَعُدُّوا نِعمَت اللّهِ لَا تُحسُوهَاوَإِن
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (QS. Ibrahim:34)
Termasuk nikmat Allah yang sangat berharga adalah nikmat berupa rasa aman dan kecukupan makanan. Sehingga dengan nikmat tersebut kita dapat beribadah, mentauhidkan Allah ta’ala dengan nyaman. Allah berfirman:
وا رَبَّ هذَا البَيتِ () الَّذِي أَطعَمَهُم مِن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِن خَوفٍ () فَليَعبُدُ
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Al-Quraisy:3-4)
Namun diantara manusia ada yang suka membuat onar, mengganggu keamanan dan ketentraman hidup bermasyarakat, yaitu mereka para peyamun, begal, atau disebut juga bencoleng. Dalam bahasa Arab mereka dikenal dengan nama Qutho’u Syaari’. Sehingga pada kesempatan yang mulia ini saya akan menyampaikan materi tentang ora mangkat ngaji wedi nang begal.
Padahal Allah dengan tegas menetapkan hukuman yang keras bagi orang-orang seperti ini. Dalam firman-Nya yaitu surat Al Maidah ayat 33, Allah menjelaskan bahwa orang-orang seperti ini hukumannya adalah dibunuh apabila ia hanya membunuh, disalib apabila membunuh sekaligus merampas harta, dipotong tangan secara menyilang apabila hanya merampas harta tanpa membunuh, atau diasingkan apabila hanya menakut-nakuti. Balasan ini sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan terhadap korban.
Jika ada yang bertanya, bagaimanakah apabila seseorang merasa takut terhadap para begal seperti yang sedang marak terjadi di beberapa tempat?
Saudara-saudaraku yang semoga dirahmati oleh Allah, Al-Khauf secara bahasa artinya perasaan yang muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya, atau mengganggu.
Setelah Syaikh Ibnu Utsaimin menyebutkan makna khauf secara bahasa, beliau menjelaskan bahwa takut itu ada tiga macam, yaitu:
Pertama : Khauf ibadah, yaitu seseorang merasa takut kepada sesuatu yang membuatnya tunduk beribadah kepadanya. Maka, yang seperti ini tidak boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah Ta’ala. Adapun menunjukkannya kepada selain Allah adalah syirik akbar.
Kedua : Khauf sirr, seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang berada di kejauhan, serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya. Para ulama pun menyebutnya sebagai bagian dari syirik. Lebih jelas lagi Syaikh Shalih Alu Syaikh menuturkan: “Khauf sirr itu ketika seseorang takut tertimpa keburukan dari selain Allah tanpa sebab.”
Ketiga : Khauf tabi’i  seperti halnya takut terhadap hewan buas, takut api, takut tenggelam. Maka, takut seperti ini tidak membuat orangnya dicela. Akan tetapi, apabila rasa takut ini menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.
Sehingga kesimpulannya, seseorang yang takut kepada begal  sehingga dengan kehendak Allah begal tersebut dapat menimpakan bahaya kepadanya, pada dasarnya adalah khauf yang manusiawi. Namun dapat menjadi sesuatu yang tercela apabila karena rasa takut tersebut dia meninggalkan kewajibannya, seperti kewajiban shalat berjamaah bagi laki-laki, atau datang ke majelis-majelis ilmu yang pokok dan wajib bagi dirinya, serta melanggar berbagai macam  keharaman.
Dan bisa juga menjadi syirik akbar apabila dia merasa takut terhadap begal sebagaimana dia takut kepada Allah, yaitu meyakini bahwa begal tersebut dapat menimpakan bahaya dengan sendirinya tanpa campur tangan Allah ta’ala.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Apabila ada yang benar itu datangnya dari Allah. Namun, apabila didapatkan banyak kekeliruan, itu semata-mata dari saya pribadi dan dari syaithan. Wallahu a’lam bis shawab.

Oleh. Abdul Fatah (santri Ma'had Al-Ilmi 14/15).

Moja'ah. Ust. Abu Umair, BA, S. Pd. I

0 Response to "TAUHID DAN BEGAL"

Post a Comment