(( Memperbaiki Diri Dengan Al-Qur'an dan As-Sunah ))

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Sejenak marilah kita amati dan cermati keadaan masyarakat kita, mereka tenggelam dalam kemungkaran, kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala di antaranya adanya kasus KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), manipulasi, penipuan, perampokan, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, adanya pasangan zina PIL (pria idaman lain) dan WIL (wanita idaman lain), penyelewengan/ penyimpangan seks dan lain sebagainya.


Sehingga kalau kita cermati banyak faktor kenapa kemungkaran-kemungkaran itu dilakukan masyarakat. Di antaranya faktor-faktor tersebut ialah:


1. Kebodohan umat terhadap ajaran dien.


Masyarakat kita memang mayoritas muslim tetapi mayoritas pula dari mereka tidak tahu dengan ajaran dien-nya sendiri. Sehingga kita ketahui banyak orang yang mengaku Islam, namun tidak mengetahui apa ajaran Islam itu, apa yang diperintahkan Islam dan apa yang dilarang Islam. Sehingga tidak jarang kita dapati orang yang melakukan kemungkaran namun ia anggap itu hal biasa atau bahkan dianggap sebagai suatu kebenaran. Keadaan seperti ini kalau kita biarkan maka akan terus berlanjut dan masyarakat kita akan tetap tenggelam dalam kubangan lumpur kemungkaran. Tentu kita semua berhasrat merubah keadaan masyarakat kita kepada yang lebih baik dalam takaran syariat Islam. Maka mari kita ajak masyarakat untuk kembali mendalami ajaran dien kembali kepada Islam secara keseluruhan. Firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينُ.


“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya saitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208).



Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Thawus, Dhahak, Ikrimah, Qatadah, As-Suddy, Ibnu Zaid; kata (as-silmi) di sini maksudnya Al-Islam.


Menurut Mujahid kata (kaffah) di sini ialah seluruh amalan baik, dalam syariat Nabi Muhammad (Tafsir Ibnu Katsir, 1/335).


Dan juga marilah kita kembali kepada ajaran Islam yang murni yang utuh yang tidak tercampur dengan syirik, bid’ah, khurafat dan takhayul. Ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah n kemudian beliau wariskan kepada sebaik-baik generasi, generasi salafus-shalih yaitu para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.
Sidang Juma’ah yang dimuliakan Allah …


2. Lemahnya Iman dan Godaan Syaithan


Perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang melakukan kemungkaran itu ia tidak tahu bahwa itu adalah kemungkaran akan tetapi ada kalanya karena iman yang lemah sehingga lebih cenderung melakukan kemungkaran dengan anggapan “Ah ini cuma dosa kecil.. ah cuma sekali saja”. Dari sini perlu kiranya kita memperkuat iman kita sehingga mampu menangkis segala kemungkaran dan kemaksiatan. Kita bisa bayangkan betapa indahnya hidup ini bila semua lapisan mempunyai iman yang kuat. Yang menjadi rakyat kecil tidak akan mencuri atau merampok walaupun hidup miskin. Karena ia tahu itu akan mendatangkan siksa Allah. Yang menjadi pedagang tidak akan menipu karena ia tahu bahwa menipu itu dosa. Yang menjadi pejabat tidak akan melakukan KKN, karena mereka tahu Allah akan mengadzabnya kelak.


Sebenarnya kalau kita sadari bahwa ketika iman kita dalam keadaan lemah sehingga mudah sekali digoyahkan maka pada saat itu pula sebenarnya kita sedang diincar oleh musuh. Kita tidak bisa melihat musuh kita sedang ia selalu mengintai kita, musuh kita adalah syaithan. Syaithan yang sudah sejak dulu bersumpah akan selalu menggoda manusia supaya terjerumus ke dalam Neraka Jahanam.


Demikian tadi dua faktor di antara faktor-faktor kenapa kemungkaran-kemungkaran itu dilakukan manusia.


Kemungkaran itu akan terus berlanjut apabila sama-sama kita biarkan. Tentu kita sebagai seorang Muslim tidak boleh tinggal diam. Karena kita diperintahkan untuk mencegah kemungkaran. Sabda Rasul Shalallaahu alaihi wasalam :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.
Artinya: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran maka ia harus mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan linsanya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim 1/22).


Dan firman Allah:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran: 104).


Abu Ja’far Al-Bakir Radhiallaahu anhu berkata: Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam membaca kemudian beliau berkata: (Alkhoir) di sini ialah mengikut Al-Qur’an dan sunnahku (Tafsir Ibnu Katsir 1/518).


Ibnu Katsir Rahimahullaah dalam tafsirnya mengatakan: “Hendaklah ada segolongan dari umat ini berada pada posisi ini.” (Tafsir Ibnu Katsir 1/518).


Juga dalam ayat ini disebutkan hendaklah ada segolongan dari kita yang menyeru kepada kebajikan mencegah kemungkaran. Bagaimana kalau yang melakukan kemungkaran itu dari Sabang sampai Merauke sedang yang menyeru hanya segolongan orang apalagi sendirian, bagaimana kalau yang melakukan kemungkaran itu di Sabang sedang segolongan yang mencegah berada di Mataram atau mungkin yang satu di Jakarta dan yang satu lagi di Maluku. Maka yang namanya amar ma’ruf nahi mungkar itu wajib kita tegakkan bersama dimana kita berada. Firman Allah, artinya:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 110).


Ibnu Katsir menyebutkan bahwa yang benar umat di sini umum, yaitu semua umat disetiap zamannya (Tafsir Ibnu Katsir, 1/519). Mujahid berkata: Kamu akan menjadi sebaik-baik umat jika kamu mau beramar ma’ruf nahi munkar (Tafsir Al-Qurtubi, 4/171) Juga firman Allah: “Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan menjadi wali dari sebagiannya, menyeru kepada yang ma’ruf mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah: 71).
Ibnu Taimiyah berkata: Maka wajib atas setiap muslim yang mampu, wajib di sini wajib kifayah dan menjadi wajib ain bagi yang mampu bila tidak ada orang yang melakukannya (Al-Hisbah fil Islam: 12). Maka dalam hal ini mari kita ajak saudara-saudara kita semua kaum muslimin untuk melaksanakan kewajiban ini. Firman Allah:


“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara”. (QS. Al-Hujurat: 10).


Persaudaraan ini harus tetap dipupuk untuk menyatukan langkah menghimpun kekuatan untuk bersama-sama menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.


Kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan bashirah untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, yang ma’ruf dan yang mungkar, kemudian kita bersama-sama menegakkan yang ma’ruf dan memberantas segala bentuk kebatilan dan kemungkaran. Maka di sini saya sampaikan kesimpulan;
• Ada dua faktor dari beberapa faktor kenapa kemungkaran itu terus dilakukan. Pertama yaitu kebodohan umat dari ajaran dien, dan sebagai solusinya marilah kita tingkatkan lagi kesadaran untuk mendalami ajaran dinul Islam ini dan kita ajak umat untuk bersama-sama dengan kita, menggalakkan majelis-majelis ta’lim, pengajian-pengajian yang di dalamnya dipelajari ajaran-ajaran dien dan dikupas segala yang haq dan yang batil, yang ma’ruf dan yang mungkar. Yang kedua adalah lemahnya iman dan godaan syaithan. Untuk itu perlu kiranya kita selalu memperkuat iman kita. Keimanan yang tak tergoyahkan dengan apapun dan mampu menangkis segala bentuk kemungkaran.


• Beramar ma’ruf dan nahi mungkar adalah kewajiban kita semua, mengingat akibat yang akan ditimpakan kepada kita bila kita meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar.


TARTIB: Abu Abdillah Faiq, S. Pd. I

0 Response to "Amar Ma’ruf Nahi Mungkar"

Post a Comment